Jaring Wisman Bisnis, Kemenpar Eksis di IMEX 2016 Las Vegas
A
A
A
JAKARTA - Untuk lebih memperkenalkan destinasi wisata industri meetings, incentives, conferences, exhibitions (MICE) di Indonesia, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus melakoni strategi mendatangkan wisatawan MICE. Kini giliran Amerika Serikat yang akan disambangi Kementerian Pariwisata.
Kemenpar mengundang 9 pelaku industri pariwisata yang aktif di MICE itu. Yakni mengikuti kegiatan IMEX 2016 yang merupakan event pameran MICE business to business terbesar di benua Amerika yang dilaksanakan pada 18 hingga 20 Oktober 2016 di Las Vegas, Amerika serikat.
”Ini kami lakukan lagi karena pentingnya Industri MICE terhadap perekonomian suatu negara membuat setiap negara berlomba-lomba mendatangkan wisatawan bisnis (Business Traveler ) untuk mengadakan meeting, pameran maupun perjalanan insentif di negara tersebut, demikian halnya Indonesia. Kita harus lakukan ini untuk Pariwisata Indonesia,” ujar Nia Niscaya, Asisten Deputi Pengembangan pasar Eropa, Timur Tengah, Amerika dan Afrika Kemenpar.
Nia mengatakan, wisatawan yang datang untuk tujuan MICE memiliki kelebihan dibanding wisatawan biasa, yaitu mereka umumnya adalah opinion leader yang berasal dari kalangan pengusaha, profesional maupun pemerintah yang melakukan kegiatan pada saat low-season.
”Data dari International congress and convention association ( ICCA,Red ) menunjukkan bahwa: mereka datang dalam jumlah besar, dengan tingkat pengeluaran selama berada di destinasi tuan rumah kegiatan MICE Adalah 7 kali lipat dari wisatawan biasa atau yang biasa dipanggil Leisure Traveler dan wisatawan MICE juga berpotensi untuk berkonversi menjadi wisatawan Leisure,” ujarnya.
Pada perhelatan tersebut, Kemenpar menarik para pengunjung pameran di Paviliun Indonesia dengan snack, kopi khas Indonesia dan dapat berfoto dengan branding Wonderful Indonesia serta kostum karnaval.
”Tentu saja kita mengedepankan 10 destinasi prioritas yang telah dicanangkan pemerintah yakni Bali-Bali baru,” ujar wanita kelahiran Bandung itu.
Nia menilai MICE juga sangat berdampak positif bagi unsur lain. Diantaranya adalah, imbuh Nia, naiknya citra destinasi karena wisatawan MICE pada umumnya adalah CEO perusahaan, maka kekuatan word-of-mouth dari mereka tentang destinasi akan memberi dampak yang lebih kuat dalam promosi.
”Hal tersebut telah disadari oleh banyak negara menyebabkan persaingan antar destinasi dalam mendatangakan even MICE international menjadi sangat tinggi,” ujar wanita yang besar di Malang itu.
Nia menambahkan, Kemenpar manargetkan pertumbuhan industri MICE sepuluh persen pada tahun 2019. Upaya tersebut sudah harus dimulai dari sekarang hingga tahun pencapaian. Kemenpar berharap dengan mengikuti pameran tersebut, membuat target Indonesia sebagai destinasi MICE terwujud.
Sekadar informasi, data International Congress and Convention Association (ICCA) 2014 menempatkan Indonesia di ranking ke-42 dunia dengan 76 meetings. Singapura di peringkat 29 dengan 142 meetings, Malaysia papan 30 dengan 133 meetings, dan Thailand no 33 dengan 118 meetings. ”Maka dari itu kita harus terus genjot salah satunya dengan mengikuti even IMEX di Las Vegas,” katanya.
Kemenpar mengundang 9 pelaku industri pariwisata yang aktif di MICE itu. Yakni mengikuti kegiatan IMEX 2016 yang merupakan event pameran MICE business to business terbesar di benua Amerika yang dilaksanakan pada 18 hingga 20 Oktober 2016 di Las Vegas, Amerika serikat.
”Ini kami lakukan lagi karena pentingnya Industri MICE terhadap perekonomian suatu negara membuat setiap negara berlomba-lomba mendatangkan wisatawan bisnis (Business Traveler ) untuk mengadakan meeting, pameran maupun perjalanan insentif di negara tersebut, demikian halnya Indonesia. Kita harus lakukan ini untuk Pariwisata Indonesia,” ujar Nia Niscaya, Asisten Deputi Pengembangan pasar Eropa, Timur Tengah, Amerika dan Afrika Kemenpar.
Nia mengatakan, wisatawan yang datang untuk tujuan MICE memiliki kelebihan dibanding wisatawan biasa, yaitu mereka umumnya adalah opinion leader yang berasal dari kalangan pengusaha, profesional maupun pemerintah yang melakukan kegiatan pada saat low-season.
”Data dari International congress and convention association ( ICCA,Red ) menunjukkan bahwa: mereka datang dalam jumlah besar, dengan tingkat pengeluaran selama berada di destinasi tuan rumah kegiatan MICE Adalah 7 kali lipat dari wisatawan biasa atau yang biasa dipanggil Leisure Traveler dan wisatawan MICE juga berpotensi untuk berkonversi menjadi wisatawan Leisure,” ujarnya.
Pada perhelatan tersebut, Kemenpar menarik para pengunjung pameran di Paviliun Indonesia dengan snack, kopi khas Indonesia dan dapat berfoto dengan branding Wonderful Indonesia serta kostum karnaval.
”Tentu saja kita mengedepankan 10 destinasi prioritas yang telah dicanangkan pemerintah yakni Bali-Bali baru,” ujar wanita kelahiran Bandung itu.
Nia menilai MICE juga sangat berdampak positif bagi unsur lain. Diantaranya adalah, imbuh Nia, naiknya citra destinasi karena wisatawan MICE pada umumnya adalah CEO perusahaan, maka kekuatan word-of-mouth dari mereka tentang destinasi akan memberi dampak yang lebih kuat dalam promosi.
”Hal tersebut telah disadari oleh banyak negara menyebabkan persaingan antar destinasi dalam mendatangakan even MICE international menjadi sangat tinggi,” ujar wanita yang besar di Malang itu.
Nia menambahkan, Kemenpar manargetkan pertumbuhan industri MICE sepuluh persen pada tahun 2019. Upaya tersebut sudah harus dimulai dari sekarang hingga tahun pencapaian. Kemenpar berharap dengan mengikuti pameran tersebut, membuat target Indonesia sebagai destinasi MICE terwujud.
Sekadar informasi, data International Congress and Convention Association (ICCA) 2014 menempatkan Indonesia di ranking ke-42 dunia dengan 76 meetings. Singapura di peringkat 29 dengan 142 meetings, Malaysia papan 30 dengan 133 meetings, dan Thailand no 33 dengan 118 meetings. ”Maka dari itu kita harus terus genjot salah satunya dengan mengikuti even IMEX di Las Vegas,” katanya.
(nfl)